Bahtsul Masail 1 Abad NU, LBMNU Cabang Kraksaan Angkat Tema Jihad dan Konsep Negara

pena9.com – Diantara rentetan acara dalam rangka Harlah 1 Abad NU PCNU Kota Kraksaan menggelar Bahtsul Masail Tapal Kuda, LBMNU Kota Kraksaan sebagai pelaksana program 1 Abad NU PCNU Kota Kraksaan ini dipusatkan di Aula Abdurrahman Wahid Kantor PCNU Kota Kraksaan, Ahad (22/01).

Hadir dalam acara ini diantaranya Rais Syuriah PCNU Kota Kraksaan KH. Abd Wasik Hannan, Wakil Rais KH. Mohammad Ghozali Bahar, Wakil Rais PCNU Kab. Probolinggo KH. Mas Saifi Lumbang, hadir pula utusan LBMNU NU Kota Probolinggo, LBMNU Kab. Probolinggo dan lain-lain.

Sekitar 200 Kader LBMNU delegasi MWCNU dan Pesantren hadir penuh semangat membahas tema Redefinisi Jihad dan Konsep Negara, tema ini selaras dengan program Halaqoh Fiqih Kebangsaan yang digagas oleh PBNU dibeberapa tempat.

Dalam sambutannya, ketua panitia Bahtsul Masail Cabang Kota Kraksaan Mas Nawawi menyatakan bahwa BM kali ini penuh dengan pengorbanan, “Pengorbanan pelaksanaan suksesi BM bukan hanya pengorbanan pikiran, pendanaan dan tenaga akan tetapi juga bahkan mengorbankan harga diri karena kami juga harus kebarat dan ketimur bawa proposal”, guyon beliau.

Sambutan kedua disampaikan oleh Ketua LBMNU Cabang Kota Kraksaan KH. Syakur Dewa bahwa Bahtsul Masail tingkat Cabang dilaksanakan dua bulan sekali, ” BM diwilayah PCNU Kota Kraksaan diadakan dua bulan sekali itu normalnya, kami akan berusaha mengkomunikasikan dengan MWCNU se-PCNU Kota Kraksaan terkait jadwal selama setahun sehingga dalam satu tahun ini sudah terjadwal dengan rapi tempat-tempat yang akan ditempati BM”, tutur beliau.

“Kami di LBMNU Kota Kraksaan sangat kesulitan untuk seratus persen menghadirkan LBMNU MWCNU se-Kota Kraksaan, yang hadir itu-itu saja, akhirnya kami dari dulu juga mengikutkan kader BM delegasi Pesantren, padahal program ini program ruhnya NU, kalau LBM-nya lemah maka NU juga akan lemah”, lanjut beliau.

Dalam tausyiah Rais Syuriah PCNU Kota Kraksaan, KH. Abd Wasik Hannan membenarkan statemen KH. Syakur Dewa bahwa “Kalau kegiatan BM di LBMNU ini tidak ada, maka ruhnya NU lambat laun akan hilang”. (Musim)