pena9.com — Termez, yang kini berada di wilayah Uzbekistan, menjadi saksi lahirnya tokoh agung penjaga dan pelindung agama Islam, Imam At-Tirmidzi. Dalam sejarah yang melibatkan masa berabad-abad, namanya terus bersinar sebagai penerus kebijaksanaan hadits setelah Imam Al-Bukhari. Lahir dengan nama Muhammad dari ayah bernama ‘Isa, tahun kelahirannya belum pasti, namun diperkirakan pada tahun 209 H.
Perjalanan ilmiahnya membawanya ke kota-kota seperti Khurasan, ‘Iraq, dan Hijaz. Meski tanpa catatan ke Mesir dan Syam, At-Tirmidzi belajar dari sejumlah ulama besar, termasuk Al-Bukhari, yang memainkan peran besar dalam membentuk karakter dan pengetahuan mendalamnya. Pengakuan Al-Bukhari tentang keunggulan muridnya itu menjadi pujian yang luar biasa.
At-Tirmidzi, seorang khalifah (penerus) Al-Bukhari, menarik banyak ilmu, terutama di bidang fiqih hadits dan ‘illat hadits. Diskusi rutin antara keduanya mencerminkan kerendahan hati Al-Bukhari yang meminta muridnya meriwayatkan hadits padanya. Al-Bukhari, dengan tulus, mengakui bahwa ia memperoleh lebih banyak daripada yang ia berikan.
Selain memori ribuan hadits dengan sanad dan statusnya, At-Tirmidzi memiliki pengetahuan fiqih yang meluas, mencakup empat mazhab dan mujtahid terkemuka lainnya seperti Sufyan Ats-Tsauri dan Ishaq bin Rahuwaih. Fokusnya pada fiqih Syafi’i melibatkan mazhab qadim dan jadid, sementara juga mempelajari madzhab Maliki.
Kitab Sunan-nya, yang dipenuhi dengan dalil-dalil fiqih dari berbagai mazhab, menjadi bukti konkret akan kepakaran At-Tirmidzi dalam bidang hadits dan pengetahuannya tentang mazhab-mazhab. Kehebatan dan keluasan ilmunya, yang tidak dapat ditampung kecuali oleh memori besar dan akal yang tajam, terungkap dalam kisah menakjubkan tentang kemampuan hafalnya.
Dalam salah satu pertemuan di Makkah, At-Tirmidzi, tanpa catatan, mengulang 40 hadits dengan sempurna setelah mendengarnya sekali, mengguncangkan seorang syekh yang tidak percaya pada kemampuan hafalnya yang luar biasa.
At-Tirmidzi juga mengalami kebutaan menjelang akhir hidupnya, memberikan kontribusi besar dalam pelestarian agama dan kebijaksanaan hadits. Pada tanggal 13 Rajab 279 H, perjalanannya dalam melindungi dan mewarisi ilmu Islam berakhir di kota kelahirannya.
Tinggalkan Balasan