pena9.com, Probolinggo- Warga Nahdliyin kini kembali dikejutkan dengan datangnya berita duka atas wafatnya KH. A Yasin Asmuni. Seorang ulama’ asal Kediri yang dinyatakan wafat pada hari Senin (11/1) dini hari.
Berita duka itu beredar luas di media sosial. “Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Guru saya, motivator saya, KH. A Yasin Asmuni, Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Petuk Kediri, ‘irtahala ila rafiqil a’la’, kepundut dateng ngersane Allah,” demikian bunyi sebaran yang beredar di Whatsapp.
Kepastian wafatnya kiai kelahiran 1963 tersebut disampaikan oleh Ustadz Dafid Fuadi, Ketua Pengurus Cabang Aswaja NU Center Kabupaten Kediri. Setelah mendapat kepastian bahwa KH. A Yasin Asmuni telah wafat, maka sontak ucapan bela sungkawa memenuhi dinding status Whatsapp warga Nahdliyin.
Almarhum KH. A Yasin Asmuni lahir pada tanggal 8 Agustus 1963. Tepatnya, di Dusun Pethuk, Desa Poh Rubuh, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri. Nama asli beliau adalah Ahmad Yasin bin Kiai Asmuni bin Kiai Fahri bin Kiai Hakam. Silsilahnya, jika dilanjutkan, akan sampai kepada Sunan Bayat yang merupakan salah satu murid Sunan Kalijaga.
Di masa hidupnya, sejumlah kitab ia tulis bahkan sampai ratusan kitab lintas disiplin. Ia bukan hanya pioner dalam kajian Tafsir namun juga dalam bidang Tasawwuf, Fiqih, Aqidah dan bidang yang lain. Tafsir Bismillahirrahmanirrahim, Tafsir Muawwidzatain, Tafsir Al-Ikhlas, dan Tafsir Ayat Kursi, serta Udhiyyah Ahkamuha wa Fadlailuha adalah diantara beberapa kitab yang di karang oleh KH. A Yasin Asmuni. Yang memiliki ciri khas singkat, padat, praktis dan mudah dipahami.
Selain menggandrungi karangan kitab gundul (kitab kuning yang tidak berharkat dan bermakna, red), Kiai Yasin, nama panggilan KH. A Yasin Asmuni, yang mengasuh Pondok Pesantren Hidayatut Thullab, Pethuk, Semen, Kediri, ini juga mempopulerkan ‘kitab makno Pethuk’. Ini adalah jenis kitab kuning, klasik maupun kontemporer, yang sudah diberi makna (arti, red).
Produktifitas KH. A Yasin Asmuni tidak lepas dari tempaan selama menjadi santri di pondok Pesantren Lirboyo, Kediri. Kebiasan berdiskusi dan tidak menutup diri dari perbedaan pendapat dengan lawan diskusinya membuat Kiai Yasin mumpuni untuk menghasilkan karya yang otentik.
Selain sejumlah karangan yang ditorehkan, KH. A Yasin Asmuni di masa hidupnya juga aktif sebagai Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama’ (PWNU) Jawa Timur. Ia juga tak jarang terlibat dalam kajian bahtsul masail di Jawa Timur maupun di nasional.
Wafatnya KH. A Yasin Asmuni, sang maestro kitab klasik itu adalah berita duka bagi kalangan pesantren dan NU. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun.
Sumber: NU Online
Penyunting: Hadi
Tinggalkan Balasan