19 Apr 2021 09:39 - 3 menit membaca

Kiai Mahmud: Ramadhan Momentum untuk Meningkatkan Ketakwaan

Bagikan
Tim pena9 melakukan wawancara bersama KH. Abdullah Mahmud Wakil Syuriyah PCNU Kota Kraksaan (Foto: Pena9.com)

pena9.com — KH. Abdullah Mahmud, Wakil Syuriyah PCNU Kota Kraksaan memandang bulan suci Ramadhan sebagai momentum bagi kaum Muslimin untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Sebab di bulan ini umat Islam dilatih pengendalian diri dan berusaha untuk memerangi sifat-sifat yang tidak terpuji.

“Orang yang berpuasa dilarang makan, minum termasuk berhubungan dengan pasangan. Ini yang halal kita dilarang melakukannya (ketika berpuasa, Red), apalagi yang tidak boleh?,” ujar Kiai Mahmud yang juga pengasuh Pondok Pesantren Lubbul Labib Probolonggo Jatim ini.

Semua itu, ungkap Kiai Mahmud lebih lanjut, tak lain adalah bentuk pelatihan. “Endingnya nanti setelah bulan Ramadhan meningalkan kita maka kita bisa terus melaksanakan hasil pendidikan di bulan Ramadhan. Sehingga tepat dengan firman Allah di dalam Al-Quran, “la’allakum tattaqun”, agar kalian menjadi orang yang bertakwa. Ya, ini harapannya. Kita setelah bulan Ramdhan kita menjadi orang yang bertakwa,” ujar Kiai Mahmud kepada pena9.com.

Oleh karena itu beliau mengajak supaya bulan Ramadhan yang penuh berkah ini dijadikan momen untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Sebab, jangan sampai nilai puasa selama satu bulan penuh tidak memperoleh apa-apa kecuali sekadar lapar dan haus. Maka dari itu, selama bulan Ramadhan selayaknya untuk berupaya memperbanyak ibadah dan lebih meningkatkan pengendalian diri dari perilaku yang tidak terpuji.

Pengendalian diri itu diperlukan supaya tidak terjadi setelah berpuasa dan menahan diri dari fajar hingga matahari terbenam namun malamnya hanyut dalam berpuas diri dalam kesenangan tanpa kendali.

Sebab kalau itu yang terjadi, berarti puasa seseorang bukan untuk membersihkan diri dan mempertinggi derajat takwa. Karenanya, sangat disayangkan jika banyak orang berpuasa, tapi tidak segan-segan melakukan perbuatan tercela, naudzubillah.

Lebih lanjut beliau menyampaikan supaya kaum Muslimin senantiasa berdoa kepada Allah subahanahu wa taala, semoga diberi kekuatan bisa melaksanakan yang wajib seperti puasa juga yang sunnah seperti sholat tarawih dan tadarus Al-Quran.

Disamping itu beliau juga mengingatkan bahwa dalam melaksanakan sholat tarawih supaya menghindari kebiasaan yang kurang terpuji seperti sholat tarawih terlalu cepat, baik di Masjid, Surau, dan tempat lainnya. Sebab terawih terlalu cepat apalagi sampai meninggalkan tumakninah atau salah rukun dalam sholat, maka sholat seseorang tidak sah.

“Sholat tarawih yang terlalu cepat selain diharamkan dan tidak dapat pahala sholat. Ya, standar saja yang penting tumakninahnya di jaga,” kata alumni Pondok Pesantren Sidogiri ini mengingatkan.

Lebih lanjut beliau menyampaikan bahwa dalam sholat Tarawih surat-surat yang di baca tidak harus surat yang panjang. Dalam Tarawih boleh surat yang pendek seperti surat al-Ihlas. Hal ini untuk menghindari perkara mengejar surat tapi meninggalkan tumakninah.

Begitu juga dalam melaksanakan tadarus jangan sampai terlalu cepat dalam membaca. Hal ini karena jika terlalu cepat maka dikuatirkan bacaanya tidak sesuai dengan kaidah tajwid. Jika membaca Al-Quran sudah tidak sesuai dengan tajwid kuatir orang yang membacanya tidak mendapat pahala Al-Quran atau bahkan sebaliknya sebagaimana dengan sebuah maqolah sahabat yang mengatakan banyak orang membaca Al-Quran tapi Al-Quran melaknatnya.

“Semoga kita bisa melaksanakan terawih dan tadarus dengan baik dan benar,” pungkas beliau.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

- - - Kiai Mahmud: Ramadhan Momentum untuk Meningkatkan Ketakwaan