pena9.com — MWCNU Tiris Barat resmi mengukuhkan koordinator pembantu Bendahara untuk membantu bendahara dalam tugas meningkatkan kenerjanya dibidang kebendaharaan dan berusaha menggenjot pemasukan uang kas MWCNU Tiris Barat yang selama ini belum stabil.
Kebijakan ini bukan tidak berdasar, ini dilakukan berdasarkan tiga hal, pertama hasil keputusan rapat pengurus harian Syuriah dan Tanfidziyah selasa (23/03), kedua AD/ART terkait kewajiban anggota, ketiga sejarah Ianah Syahriah. Dalam rapat harian tersebut ada beberapa hal yang telah diputuskan dan telah diagendakan oleh Ketua Tanfidziyah MWCNU Tiris Barat Ustad Imron Hamzah, S.PdI, namun pembahasan yang paling dominan adalah mengenai kebendaharaan MWCNU Tiris Barat.
Beberapa keputusan terkait kebendaharaan pada waktu itu adalah pembentukan koordinator wilayah pembantu bendahara yaitu yang dibagi menjadi tiga wilayah diantaranya koordinator wilayah barat, tengah dan timur, koordinator wilayah barat diamanahkan pada Ahmadi yang menjadi koordinator wilayah meliputi Desa Rejing dan Tulupari, koordinator wilayah tengah diamanahkan kepada Bapak Umar Shodiq meliputi Desa Pedagangan dan Tegalwatu, koordinator wilayah timur bapak Ahmadi meliputi Desa Pesawahan, Ranugedang, Racek dan Wedusan.
Tugas utama dari koordinator ini adalah berkunjung kerumah-rumah pengurus MWCNU Tiris Barat maupun pengurus lembaga setiap bulan untuk memfasilitasi kewajiban membayar Ianah Syahriah, mencatat seluruh penarikan dan melaporkan pada bendahara MWCNU Tiris Barat disetiap momen Lailatul Ijtimak dan bendahara akan melaporkan perolehan setiap bula diacara tersebut.
Dalam sambutannya di acara pengukuhan koordinator wilayah pembantu bendahara tersebut Ketua Tanfidziyah Ustadz Imron Hamzah menyapaikan bahwa latar belakang pembentukan koordinator pembantu bendahara Nahdlatul Ulama khususnya di MWNNU TIBA ini bahwa Jam’iyah Nahdlatul Ulama harus memiliki kekuatan dan kokoh dalam hal pendanaan organisasi karena untuk menjalankan roda organisasi tanpa adanya dukungan pendanaan kolektif dari anggota maka jalannya organisasi ini tidak akan berjalan normal.
“Dasar sejarah dari kebijakan Ianah Syahriah ini bermula dari hikayah para Muasis NU ketika KH. Ridwan Abdullah sowan ke KH. Nawawi Sidogiri atas perintah dari KH. Hasyim Asy’ari, singkat cerita KH. Ridwan Abdullah mengajak KH Nawawi untuk menjadi pengurus PBNU waktu itu, atas ajakan Kiai Ridwan, Kiai Nawawi menjawab “iya saya mau jadi pengurus PBNU asal warga NU iuran, kalau tidak iuran organisasi ini tidak akan kuat, mau dapat dari mana organisasi ini kalau tidak iuran”, begitu dawuh KH. Nawawi kepada Kiai Ridwan, kemudian Kiai Ridwan menyampaikan apa yang menjadi syarat dari Kiai Nawawi Sidogiri kepada Mbah Hasyim dan beliau menyetujuinya menjadi kewajiban anggota dan diberi nama Ianah Syahriyah”, cerita beliau dalam sambutannya.
Pengukuhan tiga korwil yang dikemas dalam rutinitas bulanan Lailatul Ijtima MWCNU Tiris Barat tersebut dibaiat langsung oleh Mustasyar MWCNU Tiris Barat, KH. Zainul Muttaqin, hadir pula Rais Syuriah KH. Saiful Jufri yang malam itu juga mendapat tugas membacakan kitab Risalah Ahlussunnah karya Mbah Hasyim dalam acara yang dihadiri oleh seluruh elemen pengurus NU se-MWCNU Tiris Barat. (muhlis)
Tinggalkan Balasan