12 Mei 2022 14:03 - 2 menit membaca

Nasehat KH Hasan Sepuh Agar Jangan Coba-coba Marah Pada NU

Bagikan

Genggong — KH. Moh. Hasan atau dikenal dengan KH. Hasan Sepuh Genggong merupakan sosok kiai yang terkenal kewaliannya. Cerita tentang karomahnya tidak asing didengar di dalam pembicaraan masyarakat.

Seperti yang diungkapkan dalam manaqibnya oleh Gus Haris pada acara Haul Kiai Moh Hasan ke 69 (12/05/2022), Kiai Hasan dengan nama kecil Moh Hasan atau Ahmad Hasan. Beliau lahir di Sentong 1259 H/ 1840 M. Wafat pada tanggal 11 Syawal 1374 H/ 11 Juni 1955 M., dengan umur 115 tahun.

Satu tahun setelah berdirinya PP Zainul Hasan Genggong 1839, pasangan kiai Syamsuddin dengan nyai Khadijah atau dikenal dengan sebutan kiai Miri dan nyi Miri dikaruniai putra yang kelak menjadi ulama’ besar.

Sebagai putra kiai yang paham ilmu agama, kiai Hasan kecil dididik ilmu secara langsung ayahnya hingga mencapai usia 14 tahun. Setelah dirasa belum cukup karena ghirah keilmuan yang tinggi, lalu beliau mondok di sukonosari. Setelah itu beliau mengembara ke Madura, tepatnya berlabuh di pesantren asuhan Syaikhona Kholil Bangkalan. Di pesantren ini KH Hasan merupakan salah satu santri pertama,  dan yang ikut membangun pondok di sana.

“Di Pesantren Bangkalan, KH. Moh. Hasan termasuk senior KH Hasyim Asy’ari”. Sebut Gus yang bernama lengkap dr. Abdul Haris Damanhuri ini.

KH Hasan tipe ulama’ yang aktif dan gigih dalam berjuang dan berdakwah. Dalam hal organisasi, meskipun Kiai Hasyim Asy’ari dan Kiai Wahab Hasbullah masih termasuk juniornya di Pesantren Bangkalan, kelak, dalam periode berdirinya Nahdlatul Ulama, kiai Hasan terlibat aktif bergerak di dalamnya. Terbukti beliau masuk dalam kepengurusan secara struktural.

“Pada tahun 1930, KH Moh. Hasan jadi Syuriah di Kraksaan sebelum terbentuk PWNU atas rekomendasi KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahab Hasbullah” papar Gus Haris.

Dalam hal pengabdian dan keistiqamahannya di NU, ada nasehat yang perlu diperhatikan secara seksama oleh segenap generasi saat ini.

Suatu ketika Kiai Hasan pernah dawuh, “Cong, jhek dhuka ka NU, cong. NU Nika Jam’iyyah Mardliyah.” (Nak, jangan pernah marah sama NU, karna Jam’iyyah NU ini Jam’iyyah mardliyah: yang diridhoi, red).

Kalimat ini, seperti keterangan Gus Haris, disampaikan ketika banyak masyarakat mengeluh karena situasi politik ketika itu yang kala itu NU meresponnya dengan mendeklarasikan diri sebagai sebuah partai. (SHOL)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

- - - Nasehat KH Hasan Sepuh Agar Jangan Coba-coba Marah Pada NU